Ahmad Rofiq
Assalamu’alaikum...
Oke sobat, stelah sekian lama ane gak posting, kali ini ane akan share pengalaman ane saat mendaki di G. Prau/prahu, entah yg bener mana tuh, “prau atau prahu”..  udah lah yg penting sobat uda ngerti mksud ane,


Mendaki gunung merupakan salah satu bukti bahwa kita masih mempunyai rasa cinta terhadap Alam, kenapa...? karena yang namanya mendaki gunung, kita tidak hanya ditunjukan dengan pemandangan yang indah, tetapi kita diberi pelajaran tentang kehidupan, di gunung kita memerlukan yang namanya hidup bersosial/berkelompok, karena sedikit kemungkinan kita tidak akan berhasil mendaki seorang diri, di gunung kita akan mengerti akan artinya perjuangan, kekompakan, kerjasama, kepercayaan dan keikhlasan,
Yup, langsung saja cek it dot,, pasti sobat pada penasaran dengan yang namanya gunung prau, G. Prau merupakan gunung yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng tepat diperbatasan kabupaten Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, gunung ini memiliki ketinggian 2.565 mdpl, dan kenapa disebut gunung prau, dikarenakan memang puncak gunung ini tidak berbentuk kerucut spt gunung lainnya, 
Pada saat itu, ane berangkat bersama tim PA Smk ane, yaitu Rismapala (Remaja Islam Pecinta Alam) SMK Muhammadiyah Pekalongan, dan berkumpul di Politeknik Batik Pusmanu Pekalongan, ane kira ane telat, karena disuruh kumpul jam 7 tepat, sedangkan ane sampe disitu pukul 7.30, tapi kebiasaan WIB(Waktu InsyaAllah Berubah) sudah menjadi tradisi di Indonesia, hehe... dan akhirnya ane gak telat, setelah sampe dipoliteknik tiba saatnya pembagian kelompok dan pembagian kaos Panti Asuhan kegiatan pendakian yang kembar semua, 
 narsis dulu sebelum berangkat

Setelah sekian lama menunggu, kami berangkat menuju basecamp wonosobo dari pekalongan pukul 09.00 dan sampai di basecamp sekitar pukul 13.30, dibasecamp kami istirahat sejenak setelah hujan-hujanan di truck, dan melaksanan shalat ashar serta men-Jamak qashar, karena kemungkinan diatas sulit untuk melaksanakan shalat maghrib, setelah itu kami kembali mempersiapkan peralatan untuk tracking ke puncak, dan mulailah goes ke puncak pukul 16.00,
 berdoa sebelum berangkat

setelah beberapa jam perjalanan, kami belum samapai dipuncak sudah diguyur hujan lebat, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak karena ada intruksi dari panitia bahwa dipuncak rawan petir, bahkan ada panitia yang menyuruh kami untuk turun kembali, tapi sangat sayang sekali, karena puncak tinggal sedikit lagi, dan kamipun memutuskan untuk membuat tempat untuk berteduh seadanya menggunakan matras, yang tepenting kami bergerombol dan berpelukan karena sangat dingin sekali, setelah -+ 2jam menunggu hujan reda, kami melanjutkan perjalanan kepuncak pukul 19.30 dan berbagai rintangan kami hadapi, ada yang terpeleset, keseleo, kram, dll,,
Akhirnya kami sampai di puncak pukul 21.00, dan itu menurut kami waktu yang masih terlalu sore, karena kami takut lamanya diatas puncak bisa menyebabkan hipotermia, setelah sampai dipuncak, kami bergegas untuk mendirikan tenda dan setelah tenda berdiri kami langsung ganti pakaian dan makan snack seadanya, setalah perut sudah cukup terisi, kami mempersiapkan diri untuk tidur dengan memakai celana pendek dan sarung serta jaket, huuuuhhhhhh bbbrrrrrrrrrrrrr very coooollll....
Tak terasa hari sudah pagi, dan jam menunjukan pukul 04.30, di puncak jam segitu sang fajar sudah hampir terbit, dan kamipun bergegas untuk bangun dan menikmati sun rise dipuncak G.prau dan narsis dibukit teletubis, dan subhanallah, sungguh luar biasa Alam ciptaan Tuhan ini, kita terasa sangat kecil untuk bisa berdiri di bumi ini,
Setelah puas kami mengambil gambar untuk kenang-kenangan, kami bersiap-siap untuk turun pada pukul 09.00, dan sampai di basecamp sekitar pukul 11.00, dibasecamp kami istirahat dan bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bisa menikmati indahnya Dunia ini,,
Dan sekian artikel tracking ane, kurang lebihnya seperti itu, dan tunggu artikel ane yang lainnya ya...
Thanks... wassalamu’alaikum... 





Ahmad Rofiq


Pencurian yang Mendatangkan Barakah
( Kisah Seorang Santri Lugu )
                                                                                                                                                                
         Pada zaman dahulu, di sebuah pesantren ada seorang santri yang di kenal rajin mengaji dan shalat berjamaah, ia dikenal dengan kualitas ketakwaannya, namun juga dengan keluguannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ia baru dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Ahmad Rofiq


Operasi Berhasil saat Shalat
(Kisah Ali bin Abi Thalib Ra.)
               
                Suatu ketika, sebuah peperangan berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Tetapi, kemenangan tersebut mengorbankan nyawa (syahid) yang tidak sedikit dan sebagian lagi terluka parah, termasuk Ali bin Abi Thalib Ra. Ia terluka pada betisnya, tertancap sebuah anak panah. Seorang sahabat dengan dibantu yang lainnya berusaha menarik anak panah itu, namun setelah berulang kali dicoba, usaha mereka tetap gagal.
Ahmad Rofiq


Pemberian yang mendantangkan Rahmat
(Kisah Fatimah Ra.)

Suatu waktu, ada yang mengetuk pintu rumah Fatimah Ra. Ternyata, yang bertamu adalah orang tua dengan pakaian compang-camping. Sepertinya, ia baru melakukan perjalanan jauh yang telah membuat segala yang dimilikinya yang semakin menua dimakan umur.

Ahmad Rofiq
Ibu…
Nasihatmu memberi kekuatan untukku
rangkulanmu menjadi penyangga
kerapuhanku untuk menapaki hari-hari penuh liku
semoga semua itu tak akan pernah layu!

Ibu…
Dalam kelembutan cintamu, kulihat kekuatan dalam tangis air matamu, kulihat semangat
menggelora dalam dirimu, terkumpul seluruh daya dunia!